Sabtu, 25 Juni 2011

Vatican dan Travertine





Beruntung, saya pernah ke Vatican. Berdua dengan rekan Arief Junor, kami menyempatkan diri naik MRT dari Hotel Antonella di pinggiran kota Roma ke Vatican. Kami menelusuri Vatican dari halaman depan hingga menara paling tinggi. Banyak saudara dan teman yang memeluk agama Catholic, menyebut kami meraih kesempatan langka. "Gue aja belum pernah, jack," begitu acungan jempol mereka.

Tidak putus-putusnya saya memuji desainer yang membangun kota Vatican. Kalau tidak salah, gedung-gedung Vatican mulai dibangun sebelum abad pertengahan. Sebuah karya seni dan arsitektur tingkat tinggi, bahkan untuk ukuran manusia modern saat ini. Salah satu yang saya kagumi adalah penggunaan material batu alam dan cara mengkombinasikannya. Bisa saya simpulkan, jenis batu yang paling banyak digunakan adalah batu Travertine. Coba perhatikan detail dinding bangunan pada foto-foto di atas. Ya, itu adalah jenis Travertine atau dalam bahasa Italia disebut Travertino.

Batu travertine adalah andapan lumpur, air dan batu selama ratusan dan bahkan ribuan tahun, yang kemudian membentuk satu sedimen padat. Kalau diolah, dapat menghasilkan sebuah benda padat yang begitu elok dan memiliki nilai seni adiluhung. Kadar kapur pada sebuah Travertine, dibanding jenis marble atau Granite, terbilang lebih tinggi. Karena itu, sifat Travertine relatif mudah rapuh dan bahkan hancur. Nah, bagi mereka yang ingin mempertahankan keaslian dan kekuatan Travertine, mesti ada upaya perawatan khusus. Lubang-lubangnya diisi cairan khusus, istilah teknisnya Fill, kemudian bermukaan utamanya harus dipelitur dan coating khusus yang tidak memiliki warna apa pun alias bening.

Travertine hanya bisa didapatkan di daerah pegunungan tertentu. Tidak sembarang gunung ada travertine-nya. Italy adalah negara asal Travertine. Daerah Pescara, Piacenza dan dekat Napoli adalah wilayah-wilayah penyuplai utama Travertine.

Jenis-jenis Travertine Italy memang beragam. Ada Travertino Biacco, Navona, Palladia, Ramona Navona, Scabas, Gold, Noce, Ramona Classico, Rosso, Silver dan masih banyak lagi. Tapi yang paling populer adalah Ramona Classico. Disusul Ramona Navona, kemudian Navona dan yang terakhir ini mulai banyak penggemarnya ialah Travertino Silver.

Lama-lama gunung Italia, mulai kehabisan Travertino. Kini produk Turkey paling menguasai pasaran batu alam di Indonesia. Ada sedikit dari India, Pakistan dan Amerika Latin. Begitu populernya Travertine, please name it mall-mall besar yang ada di Indonesia. Berani taruhan 90% dari Mall-mall bergengsi di Jakarta pasti ada unsur Travertine-nya. Plaza Indonesia adalah contoh yang paling mencolok menggunakan Travertine. Hampir semua Ground Floor Plaza Indonesia, baik lantai maupun dinding, menggunakan jenis batu Travertine. Amazing.

Sebagai manusia normal, saya ingin -- biarpun sejengkal -- rumah 2A terdapat unsur Travertine. Sebagai pengingat akan amazing journey at Vatican.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar