Jumat, 24 Juni 2011

batik sutera bugis


Konon asal muasal kain sutera di Jawa itu diadaptasi dan dikembangkan dari tanah Sulawesi Selatan. Ketika era sebelum kemerdekaan, kemampuan orang bugis memproduksi kain sutera dari kepompong dan kemudian diproses oleh Alat Tulis Bukan Mesin (ATBM), mempesona dunia. Termasuk pedagang dari Gujarat, Afrika Selatan, Timur Tengah dan tentu dari Tanah Jawa.

Kain sutera Bugis yang paling terkenal berasal dari daerah Pinrang, Rappang, Wajo, soppeng dan Bone. Hasil buatan tangan sutera Bugis ini, ternyata mendapat sambutan positif di tanah Jawa. Orang-orang ningrat Jawa mulai mencoba menggunakan material sutera Bugis untuk bahan batik dan pakaian-pakaian kebesaran.

Semakin meningkatnya permintaan, timbul pikiran untuk tidak saja mengimpor sutera bugis. Tapi orang Bugis yang di bawah ke Jawa untuk menghasilkan Sutera. Selain lebih hemat secara ekonomis, pengembangan sutera untuk bahan batik, bisa lebih disesuaikan dengan taste dan request dari Jawa. Inilah asal muasal berkembangnya batik-batik Sutera yang tumbuh subur di sentra batik seperti Pekalongan, Solo, Yogyakarta dan Cirebon.

Waktu terus berjalan. Sutera batik di JAwa lebih berkembang maju. Ini karena demand dari Jawa, baik jumlah orang dan kebutuhannya, juga karena kultur Batik sutera yang menempati peringkat atas dalam kasta perbatikan di Di Jawa. Otomatis pula, kreativitas, kualitas dan inovasi batik sutera di Jawa makin lama makin membaik.

Sementara di tanah asalnya sendiri, di Sulawesi Selatan, sempat ada masa (70an dan 80an) penggunaan Sutera di orang-orang bugis sendiri, menurun drastis. Orang lebih suka pakai jas untuk ke acara kawinan atau pakai batik print yang simple. Akibatnya, karena skala ekonomis menurun, memaksa Harga Pokok Produksi (HPP) tidak bisa bersaing dengan pengusaha di Jawa.

Tahun 2010 yang merupakan momentum kebangkitan batik secara nasional, akhirnya ikut membangkitkan gairah sutera bugis. Beberapa pengusaha tradisional berusaha mengejar ketertinggalannya. Meski belum bisa menyaingi kualitas dan harga ATBM sutera di Jawa, namun kini Sutera Bugis tampil makin modis, menawan, trendy dan khas. Ada warna-warna polos, ada pula warna-warna dengan corak atau motif tertentu.

Kalau bahan untuk batik sutera ATBM di Jawa lebih populer dengan penjualan 1 motif (biasa disebut POLA), sutera Bugis mayoritas dijual dengan sistem roll. Jadi terkesan kurang eksklusif. Namun tentu ada juga 1 atau 2 pengusaha yang kini melahirkan inovasi batik sutera dengan sistem Pola. Salah satu konsumennya adalah bapak Presiden SBY dan bu Aniek. Dan tentu juga diikuti oleh lingkaran orang terdekatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar