www.rumahcantik2a.blogspot.com This blog is made for the hobby and dedicated to my daughters, Adis and Anet. Quoting, downloading and using of the writings and photographs for any reason without written permission from the blog administrator are strictly prohibited. Just enjoy
Selasa, 28 Juni 2011
Museum Sampoerna
Musuem Sampoerna adalah salah satu musuem paling memukau dan terawat di Indonesia. Terletak di jantung kota Surabaya, Musuem Sampoerna telah menjadi salah satu icon Surabaya -- bahkan Indonesia -- yang patut dibanggakan untuk pengelolaan benda dan peninggalan lama.
Salah satu kelebihan Museum Sampoerna terletak pada originalitasnya. Hampir semua ornamen gedung, mesin linting rokok dan gedungnya masih mempertahakankan keasliannya. Yang lebih hebat lagi, pengunjung tidak saja menjadi pengunjung pasif. Alias hanya bisa melihat-lihat dan membaca. Tetapi ada unsur edukasi, interaktif dan shopping.
Edukasi karena kita akan paham dengan mudah sejarah Sampperna dan perannya dalam berkontribusi untuk bangsa. Interaktif karena kita bisa diajarkan secara langsung melakukan proses melinting rokok 234 yang legendaris itu. Shopping, karena pengunjung bisa membeli souvenir Sampoerna yang memang menyediakan gerai khusus.
Salah satu kebanggaan Sampoerna di masa lalu adalah mereka memiliki bioskop pertama di Indonesia. Tentu dengan peralatan pemutar film paling canggih di masa itu. Saat pemutaran film, penonton dikumpul dalam satu area tertutup. Sebutlah namanya bioskop Sampoerna. Para Amtenaar, Sinyo-Sinyo Belanda, Angkoh-angkoh pemilik Sampoerna, bangsawan-ningrat, pegawai pemerintahan di masa kolonial, pegawai kelas atas Sampoerna, relasi dan buruh-buruh pabrik berkumpul jadi satu untuk menyaksikan tayangan film.
Baris paling depan, disediakan kursi jati kokoh, tua dan cukup berat. Desainnya melambangkan brand Soemporna di masa itu. Tiga tangan yang menunjuk ke arah mata angin berbeda. Ada Tiga ornamen dengan tiga tangan, bagian samping kiri dan kanan, serta punggung. Cantik sekali.
Alas kursi, dipasangi rotan untuk memberi kenyamanan buat juragan yang duduk di situ. Supaya tidak keliru dan menimbulkan kemurkaan di antara para elit penonton, stiap kursi dituliskan nomor kursi di bagian belakang. Hanya mereka yang sudah dijatahkan nomor itu, yang boleh duduk di situ. Mirip dengan sistem 21 saat ini.
Sebelum museum ini diinisiatifkan, beberapa perabotan bioskop Sampoerna jatuh ke tangan pedagang. Pada masa awal kemerdekaan, dengan segala aura revolusi dan semangat nasionalisasi, sempat ada masa kegamangan mengelola aset-aset Sampoerna yang berharga ini. Salah satu yang paling jadi primadona adalah kursi-kursi jati untuk bioskop ini. Foto di bagian bawah adalah dua unit di antara puluhan kursi bioskop Sampoerna.
Saking diburunya, kini banyak beredar replika atau tiruannya. Ah, gampang dibedakan. Desai duplikat, bahan kayu jati tidak sekokoh aslinya. Pahatannya pun lebih kasar. Pendek kata, kursi bioskop Sampoerna sulit dicari tandingannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar