Gara-gara dolan ke rumah Mas Dharmawan di daerah Cileduk, Yuni pengen banget punya meja jengki tapi dengan daun mirip mangga. Mas Dharmawan yang sekarang editor in chief Martha Stewart Living itu bergeming dengan rayuan saya untuk membeli meja mangga itu.
Penasaran, saya berburu ke berbagai daerah. Tentu tidak harus secara fisik. Saya kerahkan beberapa network yang sekiranya bisa membantu. "Sabar ya Mas. Semua jaringan saya di soal perabot jati, sudah saya kerahkan. Semoga bisa dapat," kata Mas Daniel, pemilik blog toko warung antik.
Sebulan berlalu, belum juga ada tanda-tanda keberdaan jengki berdaun mangga. Boro-boro bisa membeli. Mas Dharmawan kembali saya kilik-kilik. Hasilnya tetap nihil. Mulai frustrasi. Saya mencoba menawarkan mangga benneran ke Yuni. Siapa tahu dia lupa ingatan. Bukan meja yang dicari, tapi buah. Apalagi dia sering masuk angin kalau dari bepergian jauh. Apa hubungannya ya?
Sampai kemudian, bunyi dering telepon datang dari Gresik. "Pak Hendraaaa," sahut suara seorang ibu yang mulai saya kenali intonasinya. Sopan, medhok JAwa Timuran namun tegas, "Aku punya satu set kursi dan meja Jengki. Mungkin ini yang bapak cari?" Waaahhh, ini dia neeh. Pucuk mangga di cinta, eh mejanya sudah tiba. "Mejanya bentuk oval mangga kan bu?" tanyaku agak was-was. "Ini barang istimewa. Muantepp tenan," jawabnya gak nyambung. Lemas ketika ia bilang, "Mejanya bentuknya kotak persegiempat." Hadeeeehh, kalo itu buanyakkk di jakarta.
Berkat fasilitas bbm, menit-menit berikutnya saya sudah bisa melihat wujud fisik melalui foto. Insting saya berkata, kursi jengki ini memang punya keistimewaan yang sulit dicari tandingannya. Walau berkaki kurus, tampang kuno, saya punya proyeksi akan tampil wah jika mendapat sentuhan modernitas. Betulkah? Ikuti terus kisah bedah plastik satu set kursi jengki dari Gresik ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar