Selasa, 30 Agustus 2011

AC ELECTROLUX, FINALLY (2-End)





Walau diakui terlambat, di tengah persaingan pasar produk Air Condition (AC) yang semakin ketat. Electrolux resmi memasarkan produk AC di Indonesia (8/9). Masalah keterlambatan ini diakui oleh General Manager Electrolux Indonesia. Haryono Simon.

"Memang terlambat, namun kami yakin prospeknya bagus," yakin Haryono Simon. Keyakinan ini dilandasi oleh jumlah permintaan yang tinggi pada tahun ini yang mencapai 1,5juta unit. Tahun depan prediksi permintaan ini bakal semakin tinggi.

Selain itu, Haryono juga yakin karena kualitas AC yang diluncurkannya ini sangat baik. Electrolux, papar Haryono, dapat digolongkan sebagai barang premium di mana segmentasi marketnya khusus.
Sebagai produk yang baru masuk ke Indonesia paruh kedua tahun ini, AC Electrolux memiliki sejumlah keunggulan. Beberapa di antaranya: AC Electrolux memiliki nilai efisiensi energi yang baik. (www.ideonline.co.id, 9 September 2009)

Sharp
1 PK Plasmacluster 690 watt Tipe AH-AP9MHL Rp 3.250.000
½ PK Plasmacluster 330 watt tipe AH-AP5MHL Rp 3.050.000

Panasonic
1 PK ECONAVI Envio Series Tipe CS-C9MKP Rp 3.300.000
½ PK ALOWA 320 watt. Tipe CS-KC5MKJ Rp 3.150.000

LG
1 PK, Hercules2 650 watt Rp 3.100.000
½ PK, Hercules2 310 watt Rp 3.000.000

Mitsubishi
1 PK SRK-09CH, Low Watt series, 690 watt Rp 3.500.000
½ PK SRK-06CH Low watt series, 320 watt Rp 2.800.000

Electrolux
1 PK Low Watt Series ES-M09 CRA 760 Watt Rp 3.350.000
½ PK Low watt Series ES-M05 CRB 330 Watt Rp 2.850.000

Dari puluhan merek AC yang ditawarkan di Indonesia, pilihan mengerucut pada 5 brand dan tipe di atas. Tidak mudah menjatuhkan pilihan, apalagi dengan range harga yang demikian tipis dan kompetitif. Masing-masing menawarkan keunggulan. LG menekankan pada penggunaan watt kecil. Panasonic terhadap purnajual dan proses pemurnian udara (ionizer dan air puryfying). Sharp dengan trademark plasmacluster yang menghalau bakteri. Sementara Mitsubishi muncul dengan awareness sebagai produk bandel, tahan banting, dingin dan disukai teknisi AC. Teknisi AC dari Pealo, namanya Ovin, paling merekomendasi Mitsubishi. Begitu juga dengan Pak Bagus, tetangga saya yang juga sudah finishing rumah.

Lalu kenapa pilihan justru jatuh pada produk Electrolux? Ini memang trademark saya dalam mengambil keputusan: tidak mudah dipengaruhi, ada unsur kejutan dan risiko, berani tampil beda, berusaha memilih top of the line, paling mendekati langit. Tapi semua atas dasar kalkulasi rasional dan matang.

Seperti dikutip pada website www.ideaonline.co.id di atas, Electrolux terbilang pemain baru untuk produk AC di Indonesia. Tepatnya tgl 9 bulan 9 tahun 2009. Tapi Anda tentu sepakat, produk Electrolux di Indonesia memiliki reputasi sangat harum karena kualitas dan ketahanan produk. Telah puluhan tahun keluarga Indonesia dimanjakan oleh produk mumpuni dan berkualitas keluaran Electrolux.

Yang paling menonjol ada produk mesin cuci (washing machine). Baik untuk tipe front loading, T-Drive, Top Loading hingga Dryer.
Line-up berikutnya, konsumen Indonesia sudah sangat familiar dengan produk Vacuum Cleaner (sapu sedot) dan Microwave.

Electrolux lantas memasuki pasar Table Top Gas Cooker, lalu Free Standing Gas Cooker, kulkas (refrigerator), Built in Hob (kompor tempel), Cooker Hood (penghisap asap kompor), dan sejumlah Small Appliance. Seperti juicer, pemanggang roti, seterika dan sebagainya.

Electrolux AB sendiri merupakan sebuah perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai macam produk elektronik yang berasal dari Swedia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1919 dan mengekspor produknya lebih dari 150 negara. Bermarkas di Stockholm. Merek lain dalam grup ini ialah AEG-Electrolux, Zanussi, Eureka dan Frigidaire.

Sampai tahun 2010, Electrolux merupakan pembuat peralatan elektronik rumah terbesar kedua di dunia setelah Whirlpool. Produk-produknya dijual dengan berbagai merek yang dimilikinya

Nah, apa dasar pertimbangan rasional sehingga saya memilih electrolux?

1. Fitur yang terdapat Low Watt Series RCA dan RCB ternyata merupakan penggabungan dari kekuatan empat pesaingnya (LG, Panasonic, Sharp dan Mitsubishi). Bahkan kalau mau ditambahkan kelebihan Samsung yang kaya fitur, harus bertekuk lutut pada Electrolux. Kalau tidak percaya, kumpulkan masing-masing brosur, Anda akan terbelalak. Kalau pun kalah di sektor watt, hanya beda tipis. Dan semua itu kembali terpulang pada cara kita menggunakan AC dan perawatannya. Saya menggunakan logika konsumsi bbm untuk mobil. Tidak ada jaminan konsumsi bbm mobil A pasti lebih baik ketimbang mobil B, meski hasil test drive media independen menjamin hasil mobil B lebih baik. Semua terpulang dari cara mengemudi kita (agresif atau tidak) dan perawatan kita terhadap mobil ini sehari-hari, rutin atau sesempatnya saja.

2. Sebagai perusahaan besar di dunia, dan memiliki reputasi mengagumkan di Indonesia, tentulah amat bodoh bagi Electrolux apabila membiarkan produk AC-nya bertarung tanpa dukungan purna jual yang bisa diandalkan pula. Bagaimana mungkin produk Electrolux mampu bersaing – melawan raksasa AC di Indonesia: LG, Panasonic, Sharp -- merebut pasar AC di Indonesia sebanyak 2,5 juta setahun jika konsumennya harus menunggu sparepart berminggu-minggu jika terjadi kerusakan.

Bagaimana mungkin Electrolux berani invest ke industri Air Condition jika tidak didukung oleh jaringan purnajual dan teknisi yang mampu bergerak kilat. Jika itu mereka lakukan, ratusan miliar investasi mereka akan hilang di Indonesia. Tidak ada artinya dibanding investasi saya yang hanya sekitar Rp 5 juta.

3. Konsiderans harga. Ketika saya membeli produk ini di sebuah pasar elektronik raksasa, jujur saja saya ibarat mendapat lucky blow. Semua serba-kebetulan. Hari terakhir, bahkan jam terakhir, mendapatkan voucher potongan Rp 200.000, plus ada program diskon 10%. Itu saya sampai dikejar-kejar supervisor, mengingat besoknya sudah hari lebaran versi muhammadiyah dan Timur Tengah. "Besok libur lho pak," katanya memprovok. Tapi setelah mengkalkulasi dengan jernih, dari data harga di atas, sesungguhnya saya mendapatkan potongan Rp 500.000 untuk satu produk. Belum lagi saya mendapat bonus vacuum cleaner untuk kebutuhan mobil senilai Rp 800.000. Nah, jika dipikir-pikir, sebetulnya saya mengeluarkan budget lebih murah dari AC produk Cina yang katanya amburadul mutunya itu.

Apakah ini trik marketing? hehehe.. tentu saya tidak senaif itu. Dengan teknologi internet, saya bisa langsung mengecek price list dan diskon wajar dari sebuah toko AC. Faktanya, harga ini memang sangat menggiurkan.

4. Jika saya memperhatikan penjelasan salesman or saleswomen terhadap sebuah produk, umumnya selalu mengarahkan ke sebuah produk tertentu. Kelebihan itulah, dan kehebatan inilah. Sementara produk lain, pasti ada-ada saja nilai minus. Selidik punya seilidik, ternyata di setiap toko apalagi supermarket electronic, sales forces ini ternyata menginduk pada brand-brand tertentu. Mungkin ada hubungannya dengan sistem insentif dan bunus yang mereka terima. Sehingga dapat saya simpulkan, penjelasannya pun tidak murni obyektif.

Saya tidak memiliki hubungan bisnis apapun dengan Electrolux, terkecuali hubungan produsen-konsumen. Tapi izinkan saya menyampaikan beberapa poin kelebihan AC Electrolux. Tentu ada kekurangannya, dan saya berharap kekurangan itu tidak menimpa saya nantinya.

Inilah alasan mengapa Anda harus memiliki AC Electrolux:

1. Peraih penghargaan dalam efisiensi energi

AC Electrolux memiliki energi rating A+, di mana dengan daya listrik yang rendah AC ini akan memberikan tingkat dingin yang maksimal. Contohnya AC Electrolux ukuran ½ pk, dengan daya listrik 360 watt akan menghasilkan energi sebesar 5000 BTU. BTU adalah British Thermal Unit, yang menunjukkan perputaran perubahan energi dari panas, ke uap, gas, kemudian air. AC Electrolux sangat efisien dalam proses pengubahan energi ini, sehingga walaupun daya yang dibutuhkan kecil, AC Electrolux hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam mendinginkan ruangan.

2. Filtrasi Active Plasma

Teknologi plasma penjernih udara benar-benar membersihkan udara dari pencemaran dan kotoran, mencegah munculnya alergi, asma dan bahkan penyakit flu. Pembersih plasma bekerja dengan membangkitkan medan listrik elektrostatis bertegangan tinggi. Ketika udara kotor masuk melewatinya, pencemar udara seperti asap, debu, dan pollen (serbuk kecil) akan terhisap dan terperangkap oleh sistem dua panel filter. Filter plasma menangkal 99% zat penyebab alergi, 95% bakteri berbahaya dan 85% virus.

3. Sistem Filter Bio HEPA

Filter Bio HEPA (High Efficiency Particulate Air) bekerja lebih efisien, pertama menjebak partikel debu yang terkecil sekalipun, bakteri, jamur, dan mikroba, dan kemudian membunuh organisme tersebut engan melarutkan dinding sel mereka dengan enzim bio. Sistem ini menghilangkan lebih dari 95% bakteri dan 99% partikel debu, juga menghilangkan masalah re-polusi ketika udara yang terfilter melalui proses sirkulasi.

4. Teknologi Vitamin C

Dengan melepaskan partikel nano vitamin C murni ke udara secara kontinu, teknologi vitamin C membantu untuk meningkatkan kualitas kulit dan juga meredakan stres. Vitamin C juga berfungsi untuk menangkal bakteri dan memerangi radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan sel pada manusia.

5. Teknologi FEEL yang unik

Program ini memungkinkan pengguna mengatur remote control sebagai termostat, sehingga pendinginan secara tepat mengikuti pengguna ketika ia bergerak di ruangan.

6. Proteksi Gold Fin

Sistem gold fin terdiri atas golden condenser anti-karat dan Golden Bio Evaporator. Kondenser hidrofil membantu efisiensi pengeluaran panas, dengan keunikan lapisan gold fin untuk menjaga dari udara bercampur garam, hujan, dan elemen korosif lainnya. Golden Bio evaporator secara efektif mencegah bakteri berkembang biak dan menyebar, menciptakan lingkungan yang lebih sehat, dan jauh lebih nyaman.

Apakah ini benar ? Yuuk, maree. Saya juga tertarik ingin membuktikannya.

AC ELECTROLUX, FINALLY (1)


PREFERENSI

Untuk melengkapi kebutuhan finishing proyek Jengki Vintage, dibutuhkan 2 buah AC tambahan. Masing-masing spek 1 PK dan ½ PK. Seperti juga konsumen lainnya, tentu saya memiliki preferensi merek yang saya prioritaskan. Kalau bukan LG, ya Panasonic. Berdasarkan experience bertahun-tahun, dan awarness maupun persepsi publik. Terutama teknisi AC yang beberapa kali saya temui.

Pengalaman saya bersama AC LG, terbilang panjang. Hampir 15 tahun lalu, saya membeli AC merek LG kapasitas 1 PK. Saya agak lupa tipenya. Selama itu pula, produk ini tidak pernah bermasalah. Saya hanya berurusan dengan teknisi AC, ya saat isi freon sekaligus membersihkannya. Itu pun tidak sering-sering banget. Mungkin 1 atau 2 tahun sekali. Hebatnya lagi, AC ini sudah berpindah tempat 4 atau 5 kali. Maklum, setiap membeli AC baru, AC LG lama ini turun kasta ke ruangan lain. Terakhir bahkan harus dipindahkan ke rumah kontraktor. Simsalabim, tetap dingin dan tidak rewel.

Karena itulah ketika kamar Anet juga butuh AC, sekitar tahun 2005, tak ragu saya kembali memilih AC LG. Tipenya saya juga lupa, tapi yang pasti sudah lebih advance dengan fitur penyaringan udara dan low voltage. Speknya dipilih yang ½ PK, sesuai luas kamar Anet yang hanya sekitar 8 – 9 meter per segi. Tapi AC LG setengah PK ini kurang teruji, karena kamar ini faktanya jarang terpakai. Sang penghuni, sampai umur hampir 9 tahun, lebih suka bersama mama dan papa-nya di kamar utama.

Mengingat kebutuhan si anak yang rada sensitif terhadap alergi debu dan udara kotor lainnya, kami memilih AC Panasonic 1 PK dengan fitur top off the line saat itu. Yakni yang dilengkapi dengan tambahan pipa yang menyemburkan 02 murni, plus ionizer dan air puryfying. Kalau tidak salah, harganya hampir Rp 5 juta saat pembelian tahun 2005. Hampir 3 kali lipat dengan AC merek-merek Cina saat itu, atau 2 kali lipat untuk AC brand kuat (seperti LG, Sharp, Toshiba, Samsung, Sanyo, Daikin) yang hanya memiliki fitur standar. “Yang saya tahu, AC itu hanya National (sekarang Panasonic). Yang lainnya, nggak deh,” sebut chief di kantor.

Mungkin karena pemasangan dan penggunaan serta perawatan yang cukup teratur (termasuk memberihkan sendiri saringan udara selama sekali dalam sebulan), saya tidak pernah menemui masalah dengan AC LG dan Panasonic. Kalau pun berhubungan dengan teknisi AC, ya saat isi freon , membersihkan unit AC dan kompresor atau memindahtempatkan unit ke ruangan atau rumah lain.


SEARCHING

Itulah sebabnya, saya memprioritaskan brand LG dan Panasonic saat berburu AC ½ dan 1 PK. Setiap mampir di mall atau pusat elektronik atau pasar swalayan besar, saya pasti sempatkan melihat-lihat AC. Dari yang besar-besar seperti Electronic City, Electronic Solution, Best Denki, Giant, Carrefour, Depo Bangunan, Mitra10, Hypermart. Sampai toko kecil khusus AC.

Mungkin di antara Anda ada yang bertanya, kok kayak ga ada kerjaan? Sampai bela-belain cari AC sampai nyelimet kayak begitu. Hohohoo.. Bukan begitu. Biasanya saya punya keperluan lain untuk membeli kebutuhan proyek 2A. Nah, sekalian liat-liat AC. Maklum, saya bukan kaum Nazaruddin yang mendapat berkah easy money. Setiap rupiah, harus dipertimbangkan dengan matang. Dan Alhamudilillah, ternyata dapat ilmu baru, yang semoga bermanfaat di kemudian hari. Untuk diri saya, keluarga, teman, handai taulan dan prembaca blog ini.

KANDIDAT

Setelah mempertimbangkan budget dan kebutuhan AC -- ini faktor yang paling penting saat membeli barang elektronik. Karena kadang demi nafsu dan gengsi, kita membeli produk yang over spec. Dan malah tidak bermanfaat alias mubazir. Agak melenceng sedikit. Kita ambil contoh. Teknologi Inverter. Manfaatnya akan terasa, khususnya penghematan, jika AC ini terus menerus dihidupkan selama 8 jam sehari. Dan, akan mencapai penghematan listrik yang maksimal, saat AC ini sudah digunakan secara konstan kurang lebih 2-3 jam. Jika sering dimatikan dan dihidupkan, apalagi dengan kondisi ruangan yang sering keluar masuk manusia, Inverter malah tidak bermanfaat. Malah cenderung terjadi pemborosan listrik. Nah, kebutuhan dan kondisi kami, bukanlah inverter. Karena AC umumnya digunakan hanya menjelang tidur dan kondisi khusus.

Dengan demikian saya menominasikan LG Hercules 2: untuk ½ PK seharga Rp 2,9 juta dengan klaim listrik 310 Watt dan 1 PK seharga Rp 3,1 juta yang diklaim memakan 650 watt. Kenapa bukan Hercules Mini yang 260 Watt? Jawabannnya simpel, sesuai kebutuhan ruangan dan cukup aktifnya keluarga saya keluar masuk ruangan. Angka 260 watt itu pasti akan susah diperoleh. Pertimbangan teknisnya adalah karena hanya menyedot 260 watt, maka suhu yang diinginkan akan lama tercapai. Dan in i biasanya akan memancing kita memainkan tombol remote. Ini salah satu yang mempercepat proses pemborosan listrik dan memperpendek umur pakai AC.

Kenapa bukan LG Terminator? Yam karena AC ini bukan untuk mengusir nyamuk biasa. Tapi, menurut brosur LG yang saya baca, hanya bisa mengusir nyamuk DB. Walah, kalo hanya itu, AC lain juga bisa lah.
Bagaimana dengan Panasonic? Untuk kebutuhan ½ PK , dikandidatkan tipe Semi Deluxe series, ALOWA 320 watt. Tipenya CS-KC5MKJ dengan banderol sekitar Rp 3 juta. Sementara AC 1 PK, saya tertarik dengan tipe CS-C9MKP seharga Rp 3,4 juta. Lazim disebutseri ECONAVI, Advanced e-ion Air Purifying System.

Dalam perjalanannya, ternyata mendapat godaan dari brand Sharp dengan fitur andalan Plasmacluster, Samsung dengan fitur aneka rupa dan produk Mitsubishi yang katanya paling bandel. Sayang ceritanya harus berhenti sampai di sini dulu, Ngantuk. Entar mau sahur puasa terakhir tahun ini. Nanti akan saya lanjutkan di bagian 2 soal AC ini, khususnya cerita kenapa akhirnya saya memilih produk Electrolux.

Senin, 22 Agustus 2011

C20 tgl 21 Agustus malam


Minggu malam saya tidak tahan untuk tidak mampir di C20. Hampir semua lampu dinyalakan. Ternyata Pak Amran, sang mandor yang serbabisa, sedang melakukan final check. khususnya di sektor penerangan. Maklum, besok Amran dan tim Sukabumi sudah mau pamit mudik duluan. "Mahal, pak. Kalo mudik mepet hari lebaran," katanya.

Hampir semua lampu memang sudah terpasang rapi. Lampu buatan Jerman, Italia dan Spanyol keluaran tahun 70an, paling mendominasi. Bentuknya ada yang seperti semangka, durian, topi haji hingga bulat susu. Dari dus-nya yang sudah lusuh, tertera nama perusahaan dan asal negaranya.

Di mana mendapatkan lampu baru stok lama ini?

Tidak sengaja saat saya mengubek-ngubek kawasan Kenari, di daerah Salemba. Ada satu toko, engkohnya awalnya rada tengil. Kurang bersahabat. Namun setelah bercakap-cakap sebentar, saya menemukan beberapa koleksi lampunya yang berbeda dibanding toko-toko sebelah. Itu pun disimpan agak tersembunyi dan berdebu.

Tanya-tanya dikit, si engkoh mulai lancar bercerita. Sebetulnya lampu itu adalah dagangan almarhum papahnya yang dulu jualan lampu di kota. "Papah saya salah satu pedagang lampu yang top dan ramai di (jakarta) kota," cerita Koh Pin.

Singkat cerita, saya kemudian menebus 9 lampu dari 5 jenis yang berbeda. Harganya bervariasi dari Rp 250 ribu hingga jutaan perak. "Tapi saya gak janji ya, harus bongkar-bongkar gudang kalo bapak mau yang produk baru stock lama (bukan display)," wantinya.

Setelah sabar menunggu hampir 3 bulan, akhirnya saya mendapatkan 9 lampu yang khas buatan 70an di mana era Jengki memang sedang mewabah.

Sisanya, saya membeli lampu sekarang. Rata-rata buatan Philips. Itu pun saya memilih model yang tidak lazim. Kemudian dipadukan beberapa lampu tembak LED buatan CE.

Khusus lampu balkon, merupakan lampu buatan Italia yang saya temukan lewat internet. Kayaknya buatan tahun 50an. Semprong warna kuning, dengan bodi terbuat dari besi kokoh dan berat.

Kombinasi lampu-lampu inilah yang dinyalakan pak Amran tgl 21 Agustus malam. Saya pun terpana.

Senin, 08 Agustus 2011

ralling, kayu ukiran dan tegel langka



jeruji model sate dan tangga model mandarin hotel

lampu produk jerman dan italia tahun 70an

Detik-Detik menjelang D-Day (2)


Detik-Detik menjelang D-Day







Masa penantian menjelang proyek 2A selesai, terasa lama dan membosankan. Mungkin karena dalam sehari, minimal 2 kali saya mampir buat inspeksi dan bercakap-cakap dengan pemborong, mandor, tukang sampai asistennya. Sebelum berangkat kantor dan midnite. Progress berasa lama banget.

Pelan-pelan saya mulai akran dengan aneka rupa karakter para ahli yang menangani proyek 2A. Ada yang gondrong, sang spesialis marmer. Suka ngobrol, sehingga kadang mengorbankan speed pekerjaan pemasangan marmer. Ada periode yang agak menyebalkan. Bayangkan, dalam 3 hari, si Gondrong hanya memasang marmer dengan ukuran 30x50 cm. Padahal bentuknya hanya per segi empat. Tidak ada lekuk atau pinggul atau bolongan, yang memang memiliki tingkat kesulitan tersendiri.

Ah, puasa-puasa kok bergosip. Ganti tapik ye. Kita fokus ke progress proyek 2A hingga minggu pertama puasa.

1. Carport dengan lantai keramik, akhirnya dibongkar total. Tadinya tidak masuk dalam masterplan. Karena mendapatkan tegel istimewa, keramik yang sebetulnya masih sangat kokoh, dihancurkan. Ini gara-gara prinsip konyol: proyek 2A harus terbebas dari keramik, meski itu produk esenza, Kia, Mulia.
2. Travertine yang diidam-idamkan karena pengalaman dari Vatican, akhirnya membalur dua tiang alias soko utama di bagian teras.
3. Jendela double gardan, mulai kelihatan bagusnya setelah dipoles lasur. Bukan melamin, karena konon produk Proban dari Laser Laser lebih tahan terhadap sengatan matahari dan membuat urat jati jadi lebih keluar.
4.Marmer Palisandro akhirnya menutup 75% dinding depan. Betapa sulit menggabungkan motif Palisandro Classico dengan corak berulir dan Starsauto bermotif ulir-ulir seperti kayu.
5. Ruang cuci lumayan memuaskan. Kombinasi marmer lampung di bagian dinding dan lantainya Verde Patricia yang sudah diacid (dikasarkan, supaya tidak licin) plus Granit Star white di bagian pinggir, menghasilkan paduan elok dan elegan. Apalagi dinding marmer lampung yang tingginya hanya 1 meter, ditutup dengan teraso motif kuno.
6.Lantai balkon adalah sektor yang paling saya suka. Penemuan seorang rekan yang kebetulan dulu hidup di kraton, saya langsung sambar. Dan barangnya hanya pas untuk 7 meter2. Alhasil, 6 meter2 untuk teras balkon. sisanya untuk dak carport atas. Seolah-olah jadi tempat pendaratan helikopter. Kalo pake google map, niscaya akan terlihat seperti helipad.